Selasa, 01 Oktober 2013


10 soal bentuk-bentuk lingual atau satuan gramatikal

1.       “Pemberitahuan” analisis kata tersebut, apakah termasuk unsur langsung atau unsur ultimat?

2.      Mengapa kalimat dapat dikategori berdasarkan 5 kriteria dan apabila salah satu kriteria tersebut tidak digunakan, apakah itu masih bisa dikategorikan sebagai kriteria?

3.      Apakah bentuk lingual dengan bentuk bebas dan bentuk terikat memiliki keterkaitan yang sama?

4.      Jelaskan bentuk asal dan bentuk dasar dari morfem “keberangkatan”?

5.      Apakah ada kaitannya klausa bebas dengan klausa terikat,mohon jelaskan?

6.      Bagaimana cara membedakan proses morfologi dengan analisis morfologi yang menjadi bagian atau satuan-satuan yang lebih kecil?

7.      Apakah di dalam morfologi makna leksikal dan makna gramatikal saling berhubungan,tolong berikan contohnya?

8.      Apa yang anda ketahui tentang bentuk-bentuk lingual dan satuan gramatik?

9.      Memahami perbandingan bentuk dasar dengan bentuk asal.Berikan 3 contoh yang anda ketahui tentang perbandingan tersebut?

10. Diketahui bahwa bentuk bebas dan bentuk terikat memiliki karakteristiknya masing-masing. Apakah diantara keduanya mempunyai hubungan untuk bisa saling menggantikan? Seandainya bisa, bagaimanakah pembuktiannya?

11. Kita mengetahui bagaimana bentuk dasar dan bentuk asal. Lalu, apakah ada kekurangan pada bentuk asal dan bentuk dasar saat sudah menjadi bagian dari kalimat?

Rabu, 25 September 2013

10 pertanyaan yang berkaitan dengan morfologi


Buat 10 pertanyaan yang berkaitan dengan morfologi !

1.      Faktor apa saja yang menyebabkan struktur kata terhadap golongan dan arti kata dapat berubah-ubah?
2.      Mengapa dalam morfologi yang kita perhatikan adalah alasan gramatikal sedangkan alasan social tidak diperhatikan?
3.      Apa keterkaitan konsep morfologi dengan bahasa Indonesia tidak baku, contohnya pada kata “ngasih”?
4.      Mengapa afiks tidak memiliki makna leksikal tetapi hanya menjadi penyebab terjadinya makna gramatikal?
5.      Apakah di dalam morfologi kita mempelajari tentang perubahan kata? Misalnya, perubahan kata “kesimpulan” menjadi “simpul”, tolong jelaskan!
6.      Apa tujuan anda mempelajari morfologi pada perkulihan dalam penerapannya terhadap peserta didik nanti?
7.      Apakah ada konsep morfologi bahasa Indonesia yang dipakai dalam proses morfologis bahasa daerah, terutama bahasa banjar?
8.      Apa diperbolehkan menggunakan konsep morfologi dalam bahasa serapan?
9.      Apa kendala memberikan morf yang tepat pada suatu morfom?
10.  Apakah perlu penelitian untuk merevisi konsep afiksasi bahasa Indonesia, seiring perkembangan zaman?

Kamis, 19 September 2013

Bentuk-bentuk lingual dan satuan gramatik


 
BENTUK-BENTUK LINGUAL DAN SATUAN GRAMATIK
Dosen Pembimbing : Noor Cahaya, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Siti Marlina                          A1B112085
Muhajirin Anshor               A1B112041
Ajeng Puspita Sari              A1B112086
Zakiah                                 A1B112067
Noprika Selviana                 A1B110043
Andriannor                          A1B112060
Perbedaan istilah linguistik,linguistis dan lingual
A. Linguistik
Istilah linguistik berpadanan dengan kata linguistics dalam bahasa Inggris, linguis tique dalam bahasa Prancis, dan linguistiek dalam bahasa Belanda. Istilah itu diturunkan dari bahasa Latin lingua yang berarti ‘lidah’ atau ‘ba hasa’ (Wanamaja, 1964:241). Dalam bahasa Indonesia, linguistik diterjemahkan menjadi “ilmu bahasa”.
B. Linguis
Ada linguistik, ada pula linguis. Linguistik adalah ilmu yang me nye tudi seluk-beluk bahasa, sedangkan linguis adalah orang yang profe si nya menyetudi seluk beluk bahasa itu. Untuk menjadi linguis, diperlukan tiga syarat, yaitu menghayati objek penelitian nya, menguasai teori dan metode yang cocok dengan objek peneli tiannya, dan mempunyai kemampuan merumuskan gagasan-ga gas annya (Sudaryanto, 1983:69).
C. Satuan Lingual
Objek sasaran penelitian linguistik adalah bahasa. Bahasa yang di maksud adalah bahasa manusia (Pateda, 1988:2). Bahasa manusia yang dimaksud­kan adalah bahasa keseharian biasa yang di gunakan manusia yang berkelompok-kelompok membentuk ber bagai masyarakat penutur yang ada tersebar di seluruh dunia (Su daryanto, 1995:2). Dengan kata la in, bahasa yang dite liti oleh lin guistik adalah bahasa manusia (human language) (Widdowson, 1997:3).

Pengertian bentuk-bentuk lingual atau satuan gramatika
A. Wacana
Wacana adalah kesatuan makna (semantris) antar bagian di dalam suatu bangun bahasa.Dengan keatuan makna,wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian dalam wacana itu berhubungan secara padu.Wacana juga terikat pada konteks,sebagai kesatuan yang abstrak,wacana dibedakan dari teks,tulisan,bacaan,tuturan atau inskripsi yang mengacu pada makna yang sama yaitu wujud konkret yang terlihat,terbaca dan terdengar.

Jenis wacana dari berbagai segi terbagi beberapa diantaranya ialah:
1.            Wacana ekspresif,apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi,seperti wacana pidato
2.            Wacana fatis,apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,seperti wacana perkenalan dalam pesta
3.            Wacana informasional,apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi,seperti wacana berita dalam media massa
4.            Wacana estetik,apabila wacana tersebut bersumber pada pesan dengan tekanan keindahn pesan,seperti wacana puisi dan lagu
5.            Wacana direktif,apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca,seperti wacana khotbah

B.     Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang didahului dan daiakhiri kesenyapan akhir yang berisi pikiran yang lengkap dalam ujaran.

Ciri-ciri kalimat, yaitu:
a. Konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih,
b. Diakhiri dengan intonasi atau tanda baca,
c. Merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi,
d.Terdiri atas unsurS dan P dengan atau tanpa O, Pel, atau K.

Contoh:

-  Adiknya gagah.
                  S              P

-  Ryan bermain bola.
      S        P         O

-   Ibu berbicara tentang pernikahanku.

                  S         P                    Pel
-   Ayah sedang pergi ke kantor.
        S            P               Ket

Kalimat dapat dikategorikan berdasarkan 5 kriteria:
1.Struktur intern klausa
2.Jumlah dan macam klausa
3.Jenis tanggapan yang diharapkan
4.Sifat hubungan pelaku dan perbuatan
5.Ada atau tidaknya unsur ingkar di dalam predikat utama

C.     Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak. Unsur klausa berupa S dan P, sedangkan O, Pel, dan K bukan unsur utama. S juga bisa dilesapkan sehingga unsur pokok klausa adalah P, rumusnya adalah (S) P, (O) (Pel).

Ciri-ciri klausa, yaitu:
a. Terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak,
b. Unsur klausa berupa S dan P,
c. Unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
d. Mempunyai rumus  (S) P, (O) (Pel).

Klausa dapat digolongkan berdasarkan distribusi satuan yaitu:
1.   Klausa bebas yaitu klausa klausa yang bersendiri menjadi kalimat
2.   Klausa terikat yaitu klausa yang tidak dapat berdiri  sendirisebagai kalimat,seperti bahwa satu sehingga,di depan kata selanjutnya.
Contoh : Kami datang sebelum pertunjukan dimulai.






D.    Frase
Frase adalah satuan garamatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi baik fungsi S, P, O atau fungsi-fungsi lainnya.


Ciri-ciri frasa ada tiga, yaitu:
a.Terdiri dari dua kata atau lebih,
b.Tidak melampaui batas fungsi,
c. Bisa diperluas atau disisipi dan atau yang.

Frase dapat digolongkan berdasarkan macam strukturnya yaitu:
1.Frase eksosentris yaitu frase yang salah satu pembentukannya berbentuk preposisi
Contoh :- di rumah
-    Kepada mereka
2.Frase endosentris yaitu frase yang mempunyai induk
Contoh :- kucing hitam

E.     Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
F.      Morfem
Morfem adalah bentuk  yang dapat membedakan makna atau mempunyai makna.Wujud morfem dapat berupa imbuhan,klitika,partikel dan kata dasar (-an, -lah, -kah). Jika ditinjau dari segi bentuknya,kata dasar tergolong sebagai morfem karena wujudnya hanya sebagai satu morfem
contoh
-    Bawa
-    Rumah
-    Main
Tidak dapat diuraikan lagi menjadi bentuk yang lebih kecil, Sebaliknya kata terbawa,dirumahkan,dipermainkan adalah kata-kata yang kompleks yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Menurut bentuk dan maknanya :
1.Morfem bebas ialah mirfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain,semua kata tergolong bebas.Semua  imbuhan awalan,sisipan,akhiran serta kombinasi awalan dan akhiran.
2.Morfem terikat ialah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna. Makna terikat baru bisa jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem  lainnya.Unsur-unsur kecil seperti klitika,partikel,dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri.

Bentuk bebas dan bentuk terikat
Satuan atau bentuk linguistik yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, seperti buku, jalan, rumah, dan sebagainya disebut bentuk bebas, sedangkan bentuk linguistik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, seperti ber- disebut bentuk terikat. (Prawirasumantri, 1985: 116).
Diantara bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, ada yang secara gramatik mempunyai sifat bebas seperti halnya satuan-satuan yang dalam tuturan biasa dapat berdiri sendiri. Bentuk-bentuk yang dimaksud ialah dari, kepada, sebagai, tentang, karena, meskipun, lah, dan masih banyak lagi. Sifat bebas dari dan lah misalnya dapat dilihat dari jajaran-jajaran sebagai berikut:
dari toko
dari suatu toko
dari dua buah toko
dari hampir semua toko
berjalanlah
berjalan cepatlah
bercajan ke utaralah
berjalan ke utara sajalah
Bentuk dari kelihatannya terikat pada toko, tetapi dengan adanya frasa dari sutu toko, dua buah toko, dan dari hampir semua toko, jelaslah bahwa bentuk dari  secara gramatik dapat dipisahkan dari toko.demikian pula dengan bentuk lah pada berjalanlah. Bentuk ini kelihatannya terikat pada berjalan, tetapi dengan adanya frasa berjalan cepatlah, berjalan ke utaralah, berjalan ke utara sajalah, jelaslah bahwa lah secara gramatik tidak terikat pada berjalan.Bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, per-, -kan, –an, -i, ke-an, per-an, dan sebagainya, jelas tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam tuturan biasa, maupun secara gramatik. Bentuk-bentuk tersebut bersama dengan bentuk lain membentuk bentuk kata, misalnya ber- bersama dengan jalan membentuk kata berjalan, ter- bersama dengan pandai membentuk kata terpandai, men- dengan alir membentuk mengalir, dan sebagainya. Dilihat dari sudut artileksikal, akan tetapi memiliki arti gramatikal, sebagai akibat pertemuannya dengan bentuk lain. Karena itu, bentuk-bentuk seperti ber-, ter-, men-, dan sebagainya itu termasuk dalam golongan afiks.
Bentuk-bentuk ku, mu, nya, kau, dan isme, dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri sendiri, dan secara gramatik juga tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah bahwa bentuk-bentuk itu termasuk golongan bentuk terikat, namun demikian, ada perbedaan antara bentuk terikat. Namun demikian, ada perbedaan antara bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, dan sebagainya. Perbedaannya ialah bentuk ku, mu, nya, dan sebagainya memiliki arti leksikal. Karena itu, bentuk-bentuk seperti ku, mu, nya, dan sebagainya dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks, melainkan termasuk golongan yang dimaksud klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan ialah proklitik dan enklitik. Proklitik terletak di muka, misalnya ku, pada kuambil, kau pada kauambil, sedangkan enklitik terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu pada rumahmu, nya pada rumahnya.
Bentuk juang misalnya dalam berjuang, perjuangan, pejuang, memperjuangkan, bentuk temu misalkan dalam bertemu, pertemuan, menemukan, menemui, penemuan, juga merupakan bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, dan secara gramatik tidak memiliki sifat sebab. Namun demikian, bentuk-bentuk itu tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks maupun klitik karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat tersendiri ialah dapat dijadikan bentuk dasar, seperti terlihat pada bentuk-bentuk berjuang, bertemu dan sebagainya. Karena itu, bentuk-bentuk itu merupakan golongan tersendiri yang disebut pokok kata. Bentuk-bentuk lain yang dapat dimasukkan ke dalam golongan pokok kata ialah alir, ketahu, sandar, puluh, rangkak, dan sebagainya. (Ramlan, 1985: 25-28).
Bentuk tunggal dan kompleks
Jika satuan sepeda dibandingkan dengan satuan lain, yaitu bersepeda, bersepeda keluar kota, sepeda-sepeda, ternyata ada perbedaannya. Perbedaannya ialah bahwa pada satuan sepeda tidak mempunyai satuan yang lebih kecil lagi, berbeda dengan bersepeda yang terbentuk dari satuan ber- dan sepeda, bersepeda ke luar kota, yang terdiri dari satuan ber-, sepeda, ke, luar, dan kota.
Satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi menurut M. Ramlan, disebut sebagai bentuk tunggal, dan satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil lagi, disebut sebagai bentuk kompleks. Satuan-satuan ber-, sepeda, ke, luar, dan kota, masing-masing merupakan bentuk tunggal, sedangkan satuan-satuan, bersepeda, bersepeda keluar kota, merupakan bentuk kompleks.

Bentuk tunggal dan bentuk kompleks (satuan gramatik tunggal dan satuan gramatik kompleks)
1) Bentuk tunggal adalah bentuk yang hanya terdiri atas satu satuan gramatik.
Bila satuan gramatik tersebut bebas secara morfologis, bentuk itu disebut kata tunggal (monomorphemic word).
2) Bentuk kompleks adalah bentuk yang terdiri atas dua atau lebih satuan gramatik.
Bila bentuk itu bebas secara mjorfologis, bentuk tersebut merupakan kata kompleks (polymorphemic word)
Unsur-unsur ultimat atau unsur langsung
Bentuk kompleks selalu terdiri atas lebih dari satu bentuk yang lebih kecil dari bentuk kompleks itu. Bentuk-bentuk yang menjadi pembangun bentuk-bentuk yang lebih besar disebut unsur (constituent) (Ramlan dalam Prawirasumantri, 1985: 118). Misalnya, ber-, pakai dan –an merupakan unsur bentuk kompleks berpakaian; ber-, ke-an dan duduk, merupakan unsur dari bentuk kompleks berkedudukan.
Tampaknya bentuk-bentuk yang menjadi unsur pembangun bentuk yang lebih besar sekaligus dalam satu deretan membangun bentuk itu. Jika bentuk yang lebih besar itu terdiri atas dua buah bentuk (unsur) yang lebih kecil, memang demikian. Akan tetapi, tidak sama halnya dengan bentuk-bentuk yang terdiri atas lebih dari dua buah bentuk yang lebih kecil. Misalnya bentuk ber-, pakai, dan –an tidaklah sakaligus (serempak) membentuk berpakaian, melainkan bertahap, yakni mulai menjadi pakaian dan seterusnya ber- pada pakaian menjadi berpakaian. Unsur langsung membentuk satuan yang lebih besar disebut unsur langsung (immediate constituent), misalnya pakai dan –an merupakan unsur langsung bentuk pakaian, ber- dan pakaian merupakan unsur langsung bentuk berpakaian. Diagram pembentukannya sebagai berikut:
Berpakaian

                                            pakaian           


 
                                    ber-  pakai -an
Contoh lain kata berperikemanusiaan. Proses pembentukannya lebih banyak lagi dibandingkan dengan kata berpakaian. Bentuk berperikemanusiaan terbentuk dari unsur ber- dan perikemanusiaan. Bentuk perikemanusiaan terbentuk dari unsur peri dan kemanusiaan. Selanjutnya kemanusiaan terbentuk dari ke-an dan manusia. Jadi proses terbentuknya kata berperikemanusiaan sebagai berikut:
manusia ... kemanusiaan ... perikemanusiaan ... berperikemanusiaan.
Diagramnya sebagai berikut:
berperikemanusiaan
perikemanusiaan
kemanusiaan
berperikemanusiaan

Bagaimanakah unsur itu dapat ditentukan?
Apakah satuan yang diselidiki itu hanya terdiridari dua bentuk, dengan mudah dapat ditentukan bahwa kedua buah bentuk itu merupakan unsurnya. Tetapi apabila unsur yang diselidiki itu terdiri tiga bentuk atau lebih, haruslah diperhatikan dua taraf berikut ini!
Taraf I
Pada taraf ini, dicari kemungkinan adanya satuan yang satu tingkat lebih kecil daripada satuan yang diselidiki.
Pada berperikemanusiaan, bentuk yang setingkat lebih kecil ialah perikemanusiaan. Bentuk *berperikemanusiaan tidak akada. Maka dapat ditentukan bahwa berperikemanusiaan terdiri dari unsur ber- dan perikemanusiaan. Selanjutnya bentuk yang satu tingkat lebih kecil dari perikemanusiaan ialah kemanusiaan; *perikemanusiaan tidak ada, dan *rikemanusiaan tidak ada. Maka dapat ditentukan bahwa satuan perikemanusiaan terbentuk dari unsur peri dan kemanusiaan. Bentuk * ke manusia memang tidak ada, tetapi disitu sebagai kata depan. Bila ke merupakan afiks, bentuk *ke manusia tidak ada; demikian pula *manusiaan, juga tidak ada. Maka dapat ditentukan bahwa bentuk yang satu tingkat lebih kecil dari padanya ialah manusia. Jadi, kemanusiaan terdiri dari unsur ke-an dan manusia.
Banyak bentuk ditentukan unsurnya dengan mempergunakan taraf pertama. Misalnya kata-kata kehujanan, kenamaan, peradaban, peradilan, keberlangsungan, pengairan,berpemimpi, yang masing-masing terdiri unsur-unsur ke-an, dan hujan, ke-an ddan nama, per-an dan adab, per-an dan adil, ke-an dan berlangsung, pen-an dan air, ber dan pemimpi.
Taraf II
Untuk menentukan unsur kata pembacaan memperhatikan faktor arti dan makna. Kata pembacaan mempunyai arti “hal membaca”. Kalau pembacaan terbentuk dari unsur pen- dan bacaan, tentulah makna pen- tidak sesuai dengan arti yang dinyatakan oleh kata pembacaan. Kalau kata pembacaan terbentuk dari unsur pembaca dan –an, tentu makna –an tidak sesuai dengan arti yang dinyatakan oleh kata pembacaan. (Ramlan, 1985:40-44).

Bentuk dasar dan bentuk asal

Bentuk asal ialah selalu bentuk berupa bentuk tunggal, berbeda dengan bentuk dasar, mungkin berupa bentuk tunggal misalnya pakai dalam pakaian, sudah dalam kesudahan.Bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang menjadi sesuatu kata kompleks. Misalnya kata berpakaian terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks-an menjadi pakaian erupa bentuk tunggal misalnya pakai dalam pakaian, sudah dalam kesudahan.Telah diketahui bahwa bentuk-bentuk linguistik ada yang berupa bentuk kompleks, yakni bentuk-bentuk yang terdiri atas lebih dari sebuah bentuk yang lebih kecil. Dalam bentuk kompleks dapat ditemukan bentuk-bentuk yang menjadi asal, dan ada tau yang menjadi dasar terbentuknya bentuk kompleks.
Bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang menjadi asal sesuatu kata kompleks. Miasalnya kata berpakaian terbentuk dari bentuk asal dari pakai mendapat bubuhan afiks –an menjadi kata pakaian, kemudian mendapat bubuhan afiks ber- menjadi berpakaian. Contoh lain, misalnya kata berkesudahan. Kata ini terbentuk dari bentuk asal sudah mendapat bubuhan afiks ke-an menjadi kesudahan, kemudian mendapat bubuhan afiks ber- menjadi berkesudahan.
Bentuk dasar ialah bentuk, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi bentuk yang lebih besar. Kata berpakaian, misalnya, terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan afiks ber-, selanjutnya kata pakaian terbentuk dari bentuk dasar pakai dengan afiks –an. Kata berkesudahan terbentuk dari bentuk dasar kesudahan dengan afiks ber-, dan selanjutnya kata kesudahan terbentuk dari bentuk dasar sudah dengan afiks ke-an.
Bentuk asal selalu bentuk tunggal, sedangkan bentuk biasa bentuk kompleks.